Ada seorang Ulama yg biasa ceramah kemana-mana, jama’ahnya pun berada dimana-mana, santrinya juga banyak, tidak ada orang yang melihatnya kecuali dengan mata tertunduk, wibawanya luar biasa, namanya begitu masyhur dimana-mana namun ia tidak hormat dan meremehkan gurunya yang ngajarin ia huruf Hijaiyah hingga ia bisa baca Al-Qur’an, ketika Gurunya menyapa pun tidak diperdulikan begitupun ketika didepan orang banyak tidak ada rasa hormat santun kepada Gurunya itu, sering diacara Gurunya ketika di undang tidak pernah datang atau hadir, karena sikap muridnya seperti itu Gurunya pun merasa sakit hati dan dikemudian hari muridnya (yang menjadi Ulama besar) itu jatuh sakit, berobat kemana-mana tidak ada siapapun yg bisa mengobati,lama sudah sakitnya sampai buang air pun ditempat pembaringan, mulut sudah tidak bisa bicara, matapun selalu terpejam, keluargapun sudah bingung mesti kemana berobat,pada akhirnya ketemulah dengan seorang Ahli Hikmah yang Kassyaf yang pandangan matanya bisa menembus kehati, dan Ahli Hikmah ini menyuruh keluarganya untuk mengumpulkan semua Guru-Gurunya, para Guru-Guru yang masih hidup semua hadir tapi kata Ahli Hikmah yang Kassyaf masih ada satu lagi yang belum hadir, keluargapun menjadi kebingungan karena mungkin selama ini ia tidak pernah cerita, akhirnya ada seorang teman ngajinya ketika belajar baca Al-Qur’an memberanikan diri untuk angkat bicara, dan ia memberi tahu bahwa yang sakit ini mempunyai Guru yang pada saat ini tidak hadir dan sang Guru pun dipanggil ketika sang Guru ngaji ini datang, mata yang tadinya selalu terpejam mulut yang tidak bisa bicara tiba-tiba terbuka perlahan mulutpun dengan suara yang parau dan tangisan yang tersedu-sedu dan cucuran air mata ia berbicara dan minta maaf atas sikap angkuh dan tidak ada adab selama ini KPD guru ngaji nya, sang Guru pun merasa terharu dan menangis sambil memeluk muridnya, setelah sang Guru memaafkan muridnya ini, sang muridpun akhirnya meninggal dunia dengan tenang.
Para ulama ahli hikmah berkata: ‘Barangsiapa yang mengatakan ” kenapa ?” Kepada gurunya, maka dia tidak akan bahagia selamanya.
“(Al Fataawa al Hadiitsiyyah : 56).
Dari kisah di atas bisa kita ambil hikmah bahwa janganlah kita meremehkan/tidak ada adab apalagi menyakiti hati guru2 kita, Krn klu ada satu saja dr guru kita yg kita sakiti hati nya lalu guru tersebut sakit hatinya maka kita tidak akan mendapatkan kebahagiaan di dunia ataupun diakhirat, maka hormatilah dan berakhlak lah kita Kpd semua guru2 kita, jgn kita remehkan satupun dari guru-guru kita.